Gunung Lawu 3265 mdpl,
Nama asli gunung Lawu adalah Wukir Mahendra. Menurut legenda, Gn. Lawu merupakan kerajaan pertama di pulau Jawa yang dipimpin oleh raja yang dikirim dari Khayangan karena terpana melihat keindahan alam diseputar Gn. Lawu. Sejak jaman Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit pada abad ke 15 hingga kerajaan Mataram II banyak upacara spiritual diselenggarakan di Gunung Lawu. Hingga saat ini Gunung Lawu masih mempunyai ikatan yang erat dengan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta terutama pada bulan Suro, para kerabat Keraton sering berjiarah ke tempat-tempat keramat di puncak Gn.Lawu.
Nama asli gunung Lawu adalah Wukir Mahendra. Menurut legenda, Gn. Lawu merupakan kerajaan pertama di pulau Jawa yang dipimpin oleh raja yang dikirim dari Khayangan karena terpana melihat keindahan alam diseputar Gn. Lawu. Sejak jaman Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit pada abad ke 15 hingga kerajaan Mataram II banyak upacara spiritual diselenggarakan di Gunung Lawu. Hingga saat ini Gunung Lawu masih mempunyai ikatan yang erat dengan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta terutama pada bulan Suro, para kerabat Keraton sering berjiarah ke tempat-tempat keramat di puncak Gn.Lawu.
Gunung ini memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi, terletak di perbatasan Jawa Tengah & Jawa Timur. Gunung ini telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. untuk dilerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air dan belerang . Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan.
Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral, Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi. Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan berhubungan erat dengan tradisi dan budaya Praja Mangkunegaran.
Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar si pelaku diyakini bakal bernasib naas.
Tahapan Perjalanan
Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat yaitu di Cemorokandang diTawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, diSarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya sekitar + 200 m, Dari Tawangmangu kita bisa naik mobil Omprengan menuju Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang.
Tahapan Pendakian
- Di Pos Cemoro Kandang banyak terdapat warung-warung makanan dan minuman, mushola, MCK dan sebuah ruangan kecil untuk beristirahat. Terdapat juga aula terbuka yang dapat digunakan untuk mengadakan acara-acara bersama, Jalur Cemoro Kandang jaraknya sedikit lebih jauh dibandingkan dengan jalur Cemoro Sewu, namun jalur ini agak landai, Pos-pos di sepanjang jalur ini berupa bangunan beratap yang sudah rusak;
- Dari Cemoro Kandang menuju Pos 1 (Taman Sari Bawah) jalur agak landai, selama perjalanan bila cuaca cerah tak berawan pendaki akan dapat menyaksikan puncak Cokro Suryo. Sebelum mencapai Pos 1 terdapat jalan setapak yang menuju ke Air Terjun. Di jalur ini seringkali bau belerang sudah mulai tercium. Pos 1 terdapat bangunan yang dapat melindungi pendaki dari hujan dan terpaan angin kencang. Pada hari Kamis - Minggu biasanya terdapat pedagang makanan yang menempati Pos ini;
- Menuju Pos 2 (Taman Sari Atas) jalur sedikit lebih curam dibandingkan dengan jalur Pos 1. Nampak Kawah Condrodimuko tak henti-hentinya menyemburkan asap dan bau belerang. Kawah ini diapit oleh dua buah gunung, yakni puncak Cokro Suryo dan puncak Gunung Lawu lainnya yang nampak begitu jelas di sepanjang Jalur. Mulai dari Jalur 2 ini hingga menuju puncak banyak ditumbuhi bunga Edelweis;
- Dari Pos 2 Menuju Pos 3 kita akan melewati sebuah sungai kecil dan sebuah Sumber Air. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri Tebing batu yang sangat indah di sisi kanan sedangkan sisi kiri berupa jurang. Jalur ini sempit menyusuri lereng yang melingkari puncak Cokro Suryo, dengan sisi Jurang Pangarip-arip yang sangat dalam. Jalur ini selain menyusuri jurang juga rawan longsor, bila turun hujan sangat licin dan jalur sering tidak kelihatan dalam cuaca berkabut untuk itu pendaki harus ekstra hati-hati;
- Bangunan Pos 3 sudah rusak namun masih dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin, lanjut perndakian kita akan melewati salah satu tempat yang dikeramatkan masyarakat yakni sebuah sumber air yang bernama Sendang Panguripan. Sendang ini bentuknya mirip sebuah sumur dengan air yang jernih dan dingin;
- Menuju Pos 4 Jalur meliuk-liuk menyusuri lereng terjal, terdapat jalan pintas yang sangat terjal dan licin bila hujan turun. Bunga Edelweis tumbuh banyak sekali dilereng-lereng sepanjang jalur ini, bermunculan diantara pohon-pohon sisa-sisa kebakaran hutan;
- Dari Pos 4 Menuju Pos 5 Jalur bervariasi agak mendatar, sedikit menurun, sedikit mendaki, pemandangan sangat indah akan kita saksikan di sepanjang jalur ini. Jalur berliku-liku, batuan berserakan, padang rumput, padang edelweis, batang-batang kering sisa-sisa kebakaran hutan, Beberapa puncak-puncak nampak bermunculan, puncak Cokro Suryo kelihatan begitu runcing dan sangat tegar;
- Dari Pos 5 pendaki dapat langsung menuju ke Puncak Hargodumilah, Puncak Hargo Puruso, atau Puncak Hargo Tulling, Di sepanjang jalur ini banyak tumbuh Edelweis dan padang rumput yang terdapat dilereng-lereng gunung menuju puncak-puncak gunung;
- Di sekitar Hargo Dalem ini banyak terdapat bangunan dari seng yang dapat digunakan untuk bermalam dan berlindung dari hujan dan angin. Terdapat warung makanan dan minuman yang sangat membantu bagi pendaki dan pejiarah yang kelelahan, lapar, dan kedinginan. Inilah keunikan Gunung Lawu dengan ketinggian 3.265 mdpl, terdapat warung di dekat puncaknya.
Meskipun berada di puncak gunung, Terdapat sebuah mata air yang disebut Sendang Drajad, sumber air ini berupa sumur dengan garis tengah 2 meter dan memiliki kedalaman 2 meter. sumur ini airnya tidak pernah habis atau kering walaupun diambil terus menerus.
ada juga sebuah gua yang disebut Sumur Jolotundo tempatnya menjelang puncak, gua ini gelap dan sangat curam kita turun ke bawah kurang lebih sedalam 5 meter. Gua ini dikeramatkan oleh masyarakat dan sering dipakai untuk bertapa.
selain itu pula Terdapat sebuah bangunan di sekitar puncak Argodumilah yang disebut Hargo Dalem untuk berziarah, disinilah tempat Eyang Sunan Lawu. Tempat bertahta raja terakhir Majapahit memerintah kerajaan Makhluk halus. Hargo Dalem merupakan makam kuno tempak mukswa Sang Prabu Brawijaya.
untuk logistik kita perlu membawa Barang ini
Tag :
gunung,
Pulau Jawa
0 Komentar untuk "Pendakian ke Puncak Gunung Lawu"